Netizen Indonesia mendapat peringkat teratas sebagai negara dengan warganet paling tidak sopan se-Asia tenggara.  Hal itu berdasarkan pada laporan berjudul 'Digital Civility Index (DCI).  Tingkat kesopanan warganet Indonesia merosot  delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angka tingkat kesopanan berarti semakin buruk.

Laporan itu berdasarkan survei yang diikuti oleh 16.000 responden di 32 negara. Sebanyak 503 responden berasal dari Indonesia. Penelitian dilakukan pada April dan Mei 2020 dan dipublikasi pada Februari 2021. Survei tersebut menanyakan tentang keterpaparan mereka terhadap 21 risiko online yang berbeda dalam empat kategori: perilaku, seksual, reputasi, dan pribadi/mengganggu.

Peringkat tersebut bukan untuk dibanggakan. Sebab hal itu mencoreng nama baik masyarakat Indonesia yang terkenal ramah di mata dunia. Mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu faktornya adalah minimnya pemahaman masyarakat Indonesia soal literasi media. Mereka tak mampu membedakan sesuatu yang bersifat pribadi dan umum. Dalam menghadapi isu, masyarakat kita juga cenderung lebih senang mengomentari hal yang bersifat sensasional dan tak jarang menyerang identitas.

Dikutip dari laman kompas.com, menurut McGuire, literasi media adalah mengembangkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan komunikasi dalam berbagai bentuk. Literasi media juga membantu memahami tentang apa yang kredibel dan membantu anak memahami perbedaan antara fakta dan fiksi.

McGuire menambahkan, literasi media sangat penting untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan agar masyarakat mengetahui cara terlibat dalam debat publik yang sehat dan adil serta berpartisipasi dalam demokrasi di dunia maya.

Mari kita mulai meningkatkan literasi media kita guna menjadi baik dan ramah bukan hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Mengharumkan nama Indonesia bisa dimulai dari hal sederhana, yaitu dengan bermedia sosial yang baik dan bijak. (hfz)