Pengganti Program Studi Tour, Apa Saja?

Kami Relawan  -  3 years ago
Image placeholder

Pandemi Covid-19 telah berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Mulai dari perubahan gaya hidup sampai proses kegiatan belajar mengajar saat ini. Metode belajar yang semula dilakukan dengan proses tatap muka, learning by doing, sampai mengunjungi berbagai situs kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan harus mengalami transformasi. Kreatifitas guru dalam pembelajaran menjadi sangat dibutuhkan.

Di Indonesia, segala sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) belum menjadi standar yang wajib dimiliki setiap jenjang lembaga pendidikan. Tidak semua guru dan sekolah mampu menghadirkan fasilitas ini. Apalagi dalam menggantikan program belajar melalui ”Study Tour”. Seperti kita ketahui Study Tour adalah kegiatan di luar kelas yang bertujuan mempelajari proses yang sebenarnya langsung dari lapangan yang bertujuan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah. Jadi siswa dapat langsung melihat bukti konkret serta mengetahui penjelasannya. Kegiatan itu biasanya dilakukan dengan mengunjungi beragam situs kebudayaan, alam, laboratorium atau museum perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, sejak Indonesia mengumumkan pembatasan sosial yang juga berdampak pada kegiatan tatap muka, program ini menjadi kendala di seluruh sekolah di Indonesia.

Oleh karena itu, ada beragam upaya yang bisa dilakukan sekolah untuk mengantisipasinya. Semuanya berbasis virtual, namun dengan sensasi berbeda. Biasanya, disediakan oleh lembaga, perusahaan atau organisasi dan komunitas pengajar yang bisa menggantikan program belajar sambil rekreasi ini.

  1. Piknik Virtual (Virtual Tour) bersama Komunitas Wisata Kreatif Jakarta

Program piknik virtual ini bisa jadi andalan sekolah atau guru untuk memberikan nuansa belajar baru bagi siswa. Virtual Tour yang diselenggarakan komunitas yang didirikan pada 2017 ini fokus pada tempat-tempat unik di Jakarta beserta sejarah di baliknya. Nantinya, pengunjung biasa berkeliling melalui aplikasi Zoom dipandu oleh guide berlisensi yang menggunakan Google Map maupun foto-foto untuk menjelaskan tur. Saat ini, rute wisatanya tidak terbatas di Jakarta saja, melainkan ke kota-kota lain di Indonesia dan bahkan mancanegara. Mulai dari kawasan Chinatown di Jakarta, kota Pontianak, hingga Disneyland dan Universal Studio Jepang. Untuk mengikuti virtual tour ini, pengunjung tak perlu mengorek kocek terlalu dalam. Mulai dari tur reguler dengan harga Rp25.000 hingga tur mancanegara Rp50.000. Dalam setiap tur virtual, peserta dibatasi 15 orang, dengan durasi per sesi hingga 90 menit.

  1. Berkunjung ke Museum Daring Kemendikbud

Ada pilihan lain yang bisa digunakan guru dan sekolah dalam melaksanakan program study tour. Salah satunya dengan memanfaatkan fitur museum daring di situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Fitur ini ada dalam rubrik bersama hadapi corona, dan menampilkan beberapa museum dan situs sejarah melalui foto, video dan teks. Museum ini memanfaatkan Google Art and Culture sebagai partner yang menyediakan wadah situs kebudayaan dengan hasil grafis berupa map, foto, video 360 derajat dan dokementasi lainnya yang terus diperbaharui. Google Arts & Culture adalah inisiatif nonprofit yang bekerja dengan institusi budaya dan seniman di seluruh dunia. Tujuannya untuk melestarikan dan menghadirkan seni dan budaya dunia secara online sehingga dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja. Hanya dengan gadget dan Internet, siapapun bisa mengaksesnya.

  1. Virtual Tour di website resmi Museum Indonesia

Kita ketahui bahwa Kerajaan Inggris telah menyediakan tur virtual bagi pengunjung di berbagai belahan untuk dapat mengintip istana kerjaan. Sebagaimana hal tersebut, museum Nasional Indonesia dalam website resminya www.museumnasional.or.id, juga menyediakan fitur yang sama. Dengan mengunjungi website tersebut, dan pilih rubrik virtual tour, maka pengunjung dapat langsung memulai tur virtual dengan sensasi video 360 derajat secara menyeluruh. Pengunjung akan melihat tampilan visual museum dan apa saja yang ada di museum. Museum lainnya yang juga menyediakan fitur ini adalah Museum Kebangkitan Nasional (muskitnas.net), Museum Sumpah Pemuda (museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id) dan lain sebagainya yang bisa kamu temukan di penelusuran Google.

  1. Observatorium UAD

Pengada tur virtual lainnya yang bisa dikunjungi siswa adalah obseravtorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Tur virtual ini memungkinkan pengunjung dari manapun berkunjung ke Observatorium UAD meski masih tutup karena pandemi. Tur ini dapat diakses di situs pastron.uad.ac.id secara gratis. Pengunjung dapat menjelajahi ruangan di observatorium UAD, ruang kendali, ruang poster, ruang workshop, ruang galeri, kubah observatorium dengan teleskop utamanya, dan taman angkasa. Pengunjung juga bisa berpindah ruangan dan mempelajari keunggulan dan keunikan fasilitas yang ada di observatorium UAD dibantu navigasi yang memudahkan dan tampilan gambar yang menarik.

  1. Video 360 derajat di Youtube

Akses yang paling mudah untuk dapat menjelajahi suatu tempat dengan sensasi video 360 derajat, bisa menggunakan aplikasi YouTube. Dalam aplikasi ini, semua video yang dibuat dengan mode 360 derajat bisa diakses dengan mudah. Kita hanya memerlukan fasilitas jaringan internet dan gawai atau leptop. Dengan mengetik kata kunci apapun, misalnya Istana Kerajaan Inggris 360®, kita dapat menemukan video yang nyata dan bergerak sesuai pergerakan tangan kita. Jika ingin tampilan terasa lebih nyata, kita bisa menggunakan alat Virtual Reality (VR) yang digunakan di mata kita. Dengan demikian tampilan video akan lebih nyata. Alat ini juga bisa digunakan pada tampilan visual dari website lainnya yang kami sarankan.

Dengan demikian, guru dan sekolah dapat mengantisipasi program belajar sambil berekreasi siswa dengan lebih mudah. Walaupun tetap akan terasa berbeda dengan kunjungan langsung, tapi fasilitas online yang tidak memakan banyak biaya ini bisa menjadi alternatif bagi keadaan ekonomi masyarakat saat ini.(smh)

 

Categories: Pendidikan

Tags: Pendidikan,